Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 10 Agustus 2012

Ketundukan Alam Kepada Manusia


Segala puji hanya patut kita sampaikan kepada Allah swt. Atas segala nikmat yang telah diberikan kita semua.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad penuntun ummat menuju kiamat dengan sukses dan selamat.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang berbahagia…
Marilah kita bersama sama meningkatkan derajat ketaqwaan kita kepada Allah dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya.

Hadirin Yang di mulyakan Allah.
Kalau ditanya lebih dulu mana Allah menciptakan manusia atau alam semesta maka jawabnya dapat kita lacak melalui firman Allah yang berbunyi: Al Baqarah: 29


هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ


 فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Diciptakannya alam terlebih dulu adalah sebuah jawaban yang pasti, sebelum Adam diturunkan oleh Allah ke muka bumi ini, Allah telah menciptakan bumi ini dengan segala isinya, yang tidak lain tujuannya adalah agar Nabi Adam bisa memenuhi hidupnya. Jadi telah nyata bahwa alam ini di desain oleh Allah untuk tunduk kepada manusia. Dalam ilmu agama konsep ketundukan disebut dengan “Taskhir” atau ketundukan alam semesta kepada manusia sebagai khalifah disebut dalam surah Al hajj:65.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ


 بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ 

بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia.”

Manusia dengan segala perangkat yang diberikan olehl Allah berupa akal dapat menguasai alam semesta untuk melayani kebutuhan dan keberlangsungan hidupnya, mereka yang jauh dari sungai dengan akalnya ia mencari sumber mata air dari sumur. Manusia yang asalnya tidak berpakaian dengan kemampuan akalnya membuat kain dan dijahit untuk menutupi auratnya, dengan kemampuan akalnya manusia juga bisa mengendalikan api dalam berbagai bentuk dan kemasan sesuai dengan kebutuhannya. Dan begitulah seterusnya.

Dengan akalnya manusia juga bisa melampaui kemampuan hewan-hewan yang telah diciptakan oleh Allah pada umunya, manusia tidak bisa terbang akan tetapi Manusia bisa mengendalikan angin sehingga mampu memanfaatkan angin sebagai alat transportasi udara dengan mesin penerbangan, manusia tidak bisa melewati air seperti makhluk Allah yang berupa ikan, tetapi Allah memberikan anugerah akal manusia mampu menundukkan ganasnya air laut sehingga bisa melewati air laut dengan perahu atau kapal yang buatnya, dan begitulah seterusnya. ini semua menunjukkan betapa manusia itu cocok sekali untuk menjadi khalifah atau penguasa alam semesta, dibawah scenario Allah Ta’ala.

Namun bagaimana jika semua alam yang kita diami ternyata justru malah tidak bersahabat dan cenderung mengancam?. Apakah alam bisa marah dan tidak mau tunduk dengan manusia, bukankah Allah telah berfirman di dalam al-Qur'an bahwa semua yang ada di alam semesta diciptakan semata mata untuk kepentingan manusia menghamba kepada Allah ?? rupanya ada tanda Tanya besar mengapa alam tidak mau melayani manusia sebagai khalifah di muka bumi yang kita tempati ini.

Hadirin Rahimakumullah…

Di siang hari ini khotib ingin mengajak kepada jama’ah jum’ah sekalian untuk terus memikirkan konsep ketundukan alam kepada maunsia. Karena akhir akhir ini kita saksikan banyak sekali hal hal yang berubah dari ketundukan semula.

Ketundukan alam dalam Islam mempunyai prasyarat. Alam raya tunduk sepanjang manusia menjalankan fungsi kekhalifahannya dengan benar. Manakala manusia melakukan eksplorasi alam yang melampaui ambang daya dukungnya dan sesama mereka saling menghujat dan menyebabkan pertumpahan darah; tidak ada jaminan alam semesta akan tunduk QS Arrum:41

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ 


بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ketika para pemimpin masyarakat tidak lagi memihak keadilan dan kemaslahatan, masyarakat mengabaikan akal sehat dan hati nurani, para pebisnis tidak lagi mengindahkan etika bisnis, para ulama dan ilmuwan sudah kehilangan pertimbangan objektivitas; ketika itu bencana senantiasa mengintai manusia.

Wabah dan bencana sering kali diawali oleh berbagai penyimpangan perilaku masyarakat. Perilaku alam raya makrokosmos sering kali berbanding lurus dengan perilaku manusia mikrokosmos. Umat Nuh yang keras kepala
ditimpa bencana banjir (QS Hud: 40).

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ


 اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ ءَامَنَ وَمَا ءَامَنَ مَعَهُ

 إِلَّا قَلِيلٌ

“Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.”


Umat Nabi Shaleh yang hedonistic, bermewah mewahan, sombong ditimpa keganasan virus dan gempa bumi (QS Hud: 67-68).

وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ. كَأَنْ 


لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا أَلَا إِنَّ ثَمُودَ كَفَرُوا رَبَّهُمْ أَلَا بُعْدًا لِثَمُودَ

“Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.”

Umat Luth yang dilanda penyimpangan seksual (QS Hud: 78-79)
pun ditimpa gempa dahsyat (QS Hud: 82).

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ


 سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,”


Hujan yang tadinya menjadi sumber air bersih dan pembawa rahmat (QS Al-An'am [6]: 99) tiba-tiba menyebabkan banjir yang memusnahkan areal kehidupan manusia (QS Albaqarah: 59).

فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ 


ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

“Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.”

Angin, yang tadinya berperan dalam proses penyerbukan dalam dunia tumbuh-tumbuhan dan mendistribusi awan . tiba-tiba tampil ganas meluluhlantakkan segala sesuatu yang dilewatinya (QS Fushshilat: 16).

فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي أَيَّامٍ نَحِسَاتٍ لِنُذِيقَهُمْ عَذَابَ 


الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَخْزَى وَهُمْ لَا يُنْصَرُونَ

“Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan sesungguhnya siksaan akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan”.

Laut yang tadinya jinak melayani mobilitas manusia (QS Alhajj: 65) tiba-tiba
mengamuk dan menggulung apa saja yang dilaluinya (QS Attakwir: 6).

وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ.


dan apabila lautan dipanaskan,

Ternyata ketundukan alam semesta mempunyai pra syarat yaitu selama manusia tidak mengeksplorasi dalam ambang kemampuan alamnya maka manusia bisa bersanding dengan alam. Tetapi manakala manusia tersebut sudah melewati batas kemanusiaannya maka alam akan mengamuk dan hilang keseimbangannya.

Melalui mimbar yang suci ini, mari kita jaga betul lingkungan kita, dengan konsep bahwa m emilih taqdir yang baik dan menghindarkan diri dari taqdir yang buruk. Kita jangan ikut larut dan terlibat terlalu intens mengurus yang bukan urusan kita, mulai dari sekeliling rumah kita bersihkan dan kita ciptakan lingkungan yang bersahabat dengan kita,. Semoga khutbah ini ikut mewarnai usaha para jama’ah masjid yang kita cintai ini.

0 komentar

Posting Komentar