Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 10 Agustus 2012

Sopan Santun




Dalam kamus umum bahasa Indonesia, susunan W.J.S Poerwadarminta, kata akhlak bermakna budi pekerti; watak; tabiat.
Sementara menurut para pakar yang kami nukil dari buku “Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah, Suatu Pengantar” oleh Dr. H. Hamzah Ya’qub, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, cet. VII adalah sebagai berikut:
“Perkataan akhlaq berasl dari bahasa ‘Arab jama’ dari (خلق) yang menurut logatnya diartikan budi-pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khuluqun yang berarti: kejadian serta erat hubungannya dengan خالق yang berarti pencipta dan مخلوق yang berarti yang diciptakan.
Perumusan pengertian “Akhlaq” timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khooliq dengan makhluq dan antara makhluq dengan makhluq.
Perkataan ini bersumber dari kalimat yang tercantum dalam al Qur’an:
وإنك لعلى خلق عظيم.القلم

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”Qs. Al Qolam: 04
Demikian juga dari hadits Nabi SAW:

 إنما بعست لأتمم مكارم الأخلاق. رواه أحمد

“Sesungguhya aku telah diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq” (HR. Ahmad)”.
Akhlak secara etimologi
Masih kami kutip dari buku “Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah, Suatu Pengantar” oleh Dr. H. Hamzah Ya’qub, Penerbit CV.Diponegoro Bandung, cet. VII, pengertian sepanjang terminologi yang dikemukakan oleh ulama akhlaq antara lain sebagai berikut: “Ilmu akhlaq ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atauperbuatan manusia lahir dan bathin.Ilmu Akhlaq adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al Akhlaq” merumuskan pengertian Akhlaq sebagai berikut: “Akhlaq ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk nelakukan apa yang harus diperbuat”.
Adapun Drs. H. Ahmad Daeroby, M. Ag, menulis tentang pengertian akhlaq dalam sebuah artikelnya di majalah Risalah: ““Yang dimaksud dengan akhlaq dalam pemakaian kata sehari-hari adalah ‘akhlaq yang baik’ (al Akhlaqul Karimah). Misalnya dikatakan ‘orang itu berakhlaq baik’ artinya orang itu mempunyai akhlaq yang baik, ‘orang itu tidak berakhlak’ artinya orang itu tidak mempunyai akhlaq yang baik. Sebenarnya di samping akhlaq yang baik adapula akhlaq yang buruk akhlaq as Sayi’ah atau akhlaq radzilah)”
Selanjutnya beliau menulis: “Secara etimologi, “Akhlaq” adalah kata bahasa ‘Arab yang merupakan bentuk jamak dari “khuluq” yang artinya perangai atau tabiat. Dapat dibedakan antara khuluq dan kholqun. Hakikat makna khuluq yaitu gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang kholqun yaitu gambaran bentuk luarnya/ dzahirnya (raut muka, warna kulit, tinggi atau pendeknya, dan sebagainya). (Lihat Ibnu Katsier, An Nihayah 2:70)
Al Imam Ghazali berkata, “Bilamana orang mengatakan bahwa si A itu baik kholqun dan khulqunnya, maka si A itu baik sifat lahir dan bathinnya.”
Dalam pengertiqan sehari-hari, akhlaq umumnya disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan atau sopan santun. Dalam bahasa Indonesia disebut juga moral atau ethio dalam bahasa Inggris.
Sedangkan dalam istilah, akhlaq dapat disimpulkan sebagai suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang peling dalam, yang darinya timbul perbutan-perbuatan yang mudah, tidak memerlukan pertimbangan terlebih dahulu. (lihat definisi akhlaq dari Ibnu Maskawaih dan Imam Al Ghazali dalam kitab Tahdzib al Akhlaq wa Tathir al Araq dan Kitab Ihya Ulumuddin)
Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi yang lain dari kedua definisi di atas, yaitu bahwa yang disebut akhlaq adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya dari beberapa alternatif keinginan yang ditentukan salah satunya setelah ia mengalami kebimbangan kemudian ketentuan itu dibiasakan dilakukannya secara berulang-ulang, maka kebiasaan tersebut akan menjadi akhlaq.


0 komentar

Posting Komentar